Kamis, 03 Februari 2011

Orang Bandung Suka Makanan Baru, Enak, dan Aneh

Orang Bandung suka makanan baru, enak, dan aneh. Setiap tahun dipastikan ada makanan variasi baru yang digemari. Itu kata pelaku kuliner yang pada 25-26 April lalu menggelar Bazar Kuliner di Monumen Perjuangan Jawa Barat.
Serabi, makanan tradisional yang dulu hanya dimakan dengan kinca atau saus gula merah dan santan, adalah salah satu makanan yang dikembangkan dengan banyak variasi. Maka, muncul serabi oncom dengan variasi telur. Sekitar tahun 1998 muncul serabi keju, cokelat, sosis, daging, ayam, fla, dan lainnya.
Sekitar sebulan lalu muncul serabi buah yang digagas Hedi Hidayatullah (29) dan Deni. Dengan membuka tenda, mereka menjual serabi buah bernama Bibi itu di Jalan Simpang Dago.
Serabi buah tersedia dalam berbagai rasa, antara lain stroberi, pisang, durian, melon, leci, dan nanas. Seluruh buah dihancurkan dengan kasar dan dituangkan dalam adonan. "Karena ini serabi buah, rasa buahnya harus terasa. Itu sebabnya buah kami haluskan agak kasar dan kami tak pakai pewarna," kata Hedi yang ditemui dalam Bazar Kuliner di Monumen Perjuangan Jabar, Sabtu (26/4).
Awalnya, Hedi menggunakan pewarna untuk adonan. Oleh sebab pewarna membuat rasa serabi berubah, diputuskan untuk tidak menggunakan pewarna. "Agar tak bosan, kami harus sediakan pengembangan serabi buah yang baru jika sudah melewati dua atau tiga tahun sebab orang Bandung suka makanan baru, enak, dan aneh," katanya.
Hal yang sama diakui Devi Damayanti (40) yang sudah beberapa tahun membuka usaha katering. Sebulan lalu ia membuka tempat makan dengan menu utama: ayam panggang bumbu setan, dengan bumbu pedas dan sangat pedas. Bagi yang tak menggemari rasa pedas, tersedia ayam panggang dengan bumbu santan dan kunyit. Awalnya, menu ayam panggang bumbu setan tersebut merupakan resep keluarga adik iparnya dan disukai. "Kami pikir kenapa tidak dikembangkan saja," kata Devi yang membuka usaha tersebut bersama adik iparnya, Tannya Azmarallda (34).
Ia meyakini orang Bandung akan menyukai makanannya. "Orang Bandung gampang sekali tertarik mencoba makanan kalau tempat makannya ramai. Mereka akan suka dan datang lagi kalau rasanya enak," kata Devi yang membuka tempat makan di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung.
Menurut Upiek H Sadkar, Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Kota Bandung memiliki potensi kuliner. Pesatnya pengembangan kreasi baru di bidang makanan membuat wisata kuliner di Bandung digemari wisatawan domestik.
"Kreasi baru muncul, tetapi masalah kebersihan tempat makan dan makanannya harus diperhatikan. Dengan demikian, usaha kuliner jalanan pun bisa ditawarkan kepada turis mancanegara," kata Upiek. (Yenti Aprianti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar