Minggu, 30 Januari 2011

Hama Leob Serang Sentra Budi Daya Tanaman Talas Semir Sumedang

NURYAMAN/"PRLM"
NURYAMAN/"PRLM"
Tanaman talas semir di salah satu kebun petani di Desa Dayeuhluhur, Kec. Ganeas, Kab. Sumedang, Minggu (30/1) tampak layu dan terancam mati. Gejala kematian tanaman yang akhir-akhir ini sedang melanda tanaman talas semir di kecamatan sentra talas tersebut, diduga akibat terkena serangan virus layupusarium.*
SUMEDANG, (PRLM).- Puluhan hektare tanaman talas semir atau talas bentul milik para petani di wilayah Kec. Ganeas, Kab. Sumedang, terancam gagal panen akibat serangan hama mematikan. Tanaman talas yang rata-rata kini masih dalam usia pembentukan umbi di wilayah kecamatan sentra budi daya talas tersebut, akhir-akhir ini mengalami layu daun dan mati.
Tanaman talas semir di kecamatan itu, tersebar di sejumlah desa ditanam petani pada lahan darat. Seperti di antaranya di Desa Sukawening, Dayehuluhur, Tanjunghurip, dan Desa Cikondang. Budidaya talas semir (sejenis talas bogor) di sejumlah desa di kecamatan tersebut, selama ini bahkan sudah menjadi salah satu komoditas pertanian hortikultura unggulan di Kab. Sumedang.
Saat ini, tanaman talas di sejumlah desa tersebut, masih dalam usia pertumbuhan dan baru memasuki masa pembentukan bonggol umbi. Namun, sejak dua pekan terakhir tanaman talas muda di desa-desa tersebut secara berturut-turut mengalami layu daun dan batang hingga mati membusuk.
Petani talas di desa-desa tersebut, menyebutkan penyakit yang mematikan tanaman talas dengan gejala seperti adalah hama leob. Sebutan nama penyakit itu diambil mereka dari kata dileob (bahasa Sunda yang berarti disiram air panas). "Para petani di sini menyebutnya hama leob, karena kematian tanaman talasnya itu seperti terkena siraman air panas," ujar Kepala Desa Dayeuhluhur Dian Zen Rosaherdiana, dibenarkan sejumlah petani talas di desanya itu, Minggu (30/1).
Para petani talas di desa-desa tersebut juga banyak yang menduga, gejala kematian tanaman talas tersebut akibat cuaca buruk akhir-akhir ini. Menurut para petani talas di kecamatan itu, setiap tanaman talas muda yang sudah mengalami layu daun dan pelepah batang seperti itu, sama sekali sudah tidak bisa lagi diselamatkan.
Menurut para petani di desa-desa tersebut, untuk membuahkan umbi talas layak panen, jenis talas semir biasanya membutuhkan waktu pertumbuhan selama tujuh bulan. Sementara, usia tanaman talas semir yang kini tersebar ditanam petani di desa-desa tersebut saat ini rata-rata baru berusia empat bulan.
Dimintai keterangan mengenai hal itu, Kepala Bidang Hortikultura pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kab. Sumedang Karnadi, menyebutkan jika dilihat dari tanda-tanda atau gejalanya itu, kematian talas di kecamatan itu diduga akibat terkena serangan virus layupusarium. Dia juga menduga, virus tersebut muncul dan menyerang tanaman talas di kecamatan itu karena pengaruh cuaca buruk.
"Virus itu, biasanya mengganggu proses asimilasi pada tanah dan tanaman, hingga merusak bagian tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan," ujar Karnadi, di tempat terpisah Minggu (30/1).
Sejauh ini, ujar Karnadi, serangan virus tersebut terbilang masih cukup sulit ditanggulangi meskipun dengan menggunakan obat pembasmi. Seba, menurut dia, serangan virus itu langsung merusak dan mematikan pertumbuhan tanaman.
Dia menyarankan, untuk menanggulangi dan menyelamatkan tanaman talas yang masih sehat dari serangan virus tersebut, tanaman talas yang sudah layu atau yang sudah mati segera dicabut dan disingkirkan. "Tujuannya, supaya virus dari tanaman talas yang sudah terkena itu, tidak terus menular menyerang tanaman talas di sekitarnya," ujar Karnadi menerangkan. (A-91/das)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar