Sabtu, 29 Januari 2011

Kawasan Citatah Masih Diminati Kalangan Mapala

SISKA NIRMALA P/"PRLM"
SISKA NIRMALA P/"PRLM"
SEJUMLAH mahasiswa melakukan kegiatan di kawasan tebing Citatah 48, Cipatat, KBB. Dengan terus menggunakan kawasan Citatah sebagai tempat berkegiatan, diharapkan bisa menjadi langkah kongkrit dari mahasiswa untuk bisa ikut menjaga kelestarian kawasan tebing Citatah.*
NGAMPRAH,(PRLM).-Kawasan tebing Citatah, Cipatat, Padalarang masih diminati berbagai kalangan terutama kalangan mahasiswa. Hal tersebut terlihat terutama pada awal tahun ketika berbagai kelompok mahasiswa pecinta alam (Mapala) berbondong-bondong melaksanakan kegiatan pendidikan dasar di kawasan tersebut.
Seperti pada Sabtu (29/1). Berdasarkan pemantauan "PRLM" di kawasan tebing Citatah 48, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat terdapat tiga Mapala yang berbarengan melaksanakan pendidikan dasar di kawasan tersebut yaitu Eka Citra Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Mahacita Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Mahapeka Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Pada kegiatan tersebut, sedikitnya 60 mahasiswa dan instruktur bersama-sama melakukan pemanjatan.
Ketua KMPA Eka Citra Jakarta Rismando Surya (23) mengatakan bahwa dia bersama rekan-rekannya kerap melakukan latihan di kawasan tebing tersebut. Menurut dia, setidaknya dua kali dalam satu tahun mereka berkegiatan di Citatah.
Menurut dia, sebenarnya bisa saja dirinya menggunakan kawasan tebing di daerah Citeureup, Bogor. Namun mereka lebih memilih untuk datang ke Citatah, Bandung karena kawasan tebing Citatah lebih representatif untuk melakukan aplikasi kegiatan.
"Kalau di tebing Ciampea Bogor biasanya kita cuma untuk try out aja. Tapi untuk aplikasi akhir pendidikan dasar, kita selalu gunakan Citatah karena karakteristik tebingnya lebih representatif" katanya ketika ditemui di sela-sela kegiatan di kawasan tebing Citatah 48, Sabtu (29/1).
Dia mengaku menyayangkan adanya eksploitasi tebing-tebing di kawasan tersebut, meskipun kawasan Citatah 48 cukup terjaga karena merupakan tempat latihan Kopasus. "Disini untungnya belum (tereksploitasi-red) ya. Tapi tebing-tebing sekelilingnya udah banyak berubah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Hal senada diutarakan Ketua Adat Mahacita, Kiki Desky (23). Menurut dia dalam satu tahun dirinya sangat sering berkegiatan di kawasan Citatah. Baik menggunakan tebing Citatah 48, Citatah 90, ataupun Citatah 125. "Awal tahun 2011 ini saja sudah 4 kali. Kita sering kesini," ujarnya.
Dia berharap dengan terus menggunakan kawasan Citatah sebagai tempat berkegiatan maupun medan operasi pendidikan dasar, bisa menjadi langkah kongkrit dari mahasiswa untuk bisa ikut menjaga kelestarian kawasan tebing Citatah.
Bagi mereka, kawasan tebing Citatah bukan hanya sekedar tempat bermain dan berkegiatan. Dari aktifitas pemanjatan yang mereka lakukan, ada nilai lain yang bisa mereka petik yaitu poin-poin kemandirian, keberanian, hingga pendidikan mental. "Beda kalau sama manjat di papan. Secara psikologis juga sudah beda," kata Mando.
Sangat disayangkan bahwa eksploitasi kawasan tebing Citatah, Cipatat hingga kini masih terus berlangsung. Hal tersebut karena belum adanya titik temu antara peraturan yang diterapkan pemerintah dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan menambang batu di kawasan tersebut.
Mando mengaku setuju jika masalah mata pencaharian warga sekitar adalah hal yang sulit terbantahkan.
"Citatah sekarang memang bisa menghidupi warga sekitarnya. Tapi kalau terus dieksploitasi, kedepannya justru bisa sebaliknya. Warga akan rugi karena dengan semakin tipisnya karst, semakin tipis juga kemampuan tanah menyimpan air. Tinggal tunggu waktu saja," ujarnya berpendapat. (A-197/kur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar